Reportase Maika-janesi Yoshinaga
Mahasiswa BIPA ISP Malangkucecwara

SETIAP negara pasti memiliki cara pengobatan yang menarik. Termasuk Indonesia, negara yang memiliki kepercayaan terhadap cara-cara penyembuhan tradisional warisan zaman dulu. Dua di antaranya adalah kerokan dan jamu.

Membandingkan cara pengobatan unik antara Jepang dan Indonesia, ada yang mirip dengan Jepang, namun ada juga yang sangat jauh berbeda. Untuk mengetahui warisan budaya Indonesia ini, saya berbagi pengalaman tentang cara penyembuhan sakit secara tradisional yang menjadi salah satu pembelajaran lokal Indonesia bagi saya.

Kerokan sangat identik dengan budaya tradisional Indonesia. Percaya atau tidak, cara pengobatan tersebut sangat akrab dengan rakyat Indonesia. Kerokan, semacam pijat dari zaman dulu yang dilakukan dengan medium keping uang logam untuk menggaris punggung.

Garisnya mengikuti tulang punggung sampai terbentuk garis berwarna merah, sekilas mirip seperti ulat. Kebanyakan orang Indonesia dikerok untuk menyembuhkan sakit, misalnya masuk angin, meningkatkan ketahanan tubuh, atau demi kesegaran.

Sungguh, saya pun menjadi penasaran dengan kerokan ala Indonesia ini. Akhirnya seorang pemijat tradisional di Indonesia akan mengerok punggung saya.

Pendapat saya sebelum dikerok, kerokan itu sangat menyakiti punggung dan kesakitan otot di punggung sulit mereda selama beberapa hari setelah dikerok.

Ternyata setelah kerokan, badan saya mulai hangat dan memang saya merasa segar. Sekarang, saya berpendapat bahwa kerokan juga ada keuntungannya untuk mengubah pencernaan menjadi lebih baik, selain keuntungan yang sudah disebutkan.

Apalagi jika ada yang khawatir bila punggung terasa sakit dan terluka karena kerokan, ia bisa mengatur tingkatan kesakitan sesuai dengan kesanggupan masing-masing.

Selain kerokan, ada lagi cara penyembuhan sakit yang unik di Indonesia, yaitu minum jamu. Jamu sebagai obat organik berbahan herbal ini bermanfaat untuk banyak hal. Misalnya untuk sakit ketika menstruasi, pusing, dan juga bisa untuk penghilang bau badan. Ada pula, ada yang minum jamu supaya bisa melahirkan bayi dengan lancar.

Ciri khas jamu berdasar bahan-bahan peraciknya. Misalnya, kunyit, telur, buah-buahan, sayuran, dan daun-daunan yang sehari-hari dimakan, biasanya ada di halaman, dan pinggir jalan.

Oleh karena itu, warna dan bau jamu bervariasi karena keanekaragaman bahan-bahannya.

Untuk pertamakalinya saya minum jamu Indonesia yang berwarna kuning tua. Pertama rasanya menyengat dan gurih sekali seperti kaldu sebab saya merasakan kunyit, manis dan asin pada waktu yang bersamaan.

Sejujurnya saya enggan mengucapkan bila ternyata jamu Jawa itu enak dan cocok dengan selera saya. Dan, benar, saya memang merasa segar setelah minum jamu.

Di Jepang, saya tidak pernah mendengar kalau ada yang mengonsumsi kunyit asli sebagai minuman.

Dan kesimpulan saya, setelah mencoba kedua cara pengobatan ala Indonesia yang tidak berubah sejak dulu, dan tetap dicintai masyarakat hingga sekarang, saya berharap kerokan dan jamu Jawa tetap menjadi simbol Indonesia dan dilestarikan dengan cara-cara asli lokal.

sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2017/03/01/pertamakali-mencobanya-dara-jepang-ini-ternyata-tergila-gila-dengan-kerokan-dan-jamu-jawa

Pertamakali Mencobanya, Dara Jepang Ini Ternyata Tergila-gila dengan Kerokan dan Jamu Jawa